Pendidikan Politik Kepada Pelajar Sebagai Fondasi Demokrasi Indonesia di Masa Depan

Oleh: Dwi Hesti Ermono

Anggota KPU Kota Blitar, Kadiv Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia

 

Pendidikan politik bagi pelajar merupakan salah satu kebutuhan mendesak dalam pembangunan kehidupan berbangsa. Di tengah derasnya arus informasi, perubahan teknologi, dan perkembangan demokrasi, pelajar sebagai generasi penerus bangsa harus dibekali pemahaman yang benar, kritis, serta etis mengenai politik. Namun hingga kini, pendidikan politik masih sering dipandang sebagai sesuatu yang sensitif, bahkan tabu, sehingga ruang-ruang edukasi politik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat tidak digarap secara optimal. Sebagian pelajar, bahkan sebagian orang tua dan guru, masih menganggap politik sebagai dunia yang kotor dan penuh intrik. Persepsi ini muncul karena sorotan media yang kerap menampilkan wajah politik dalam bentuk konflik, korupsi, atau persaingan kekuasaan. Akibatnya, banyak pelajar memilih untuk menjauh dari politik, enggan belajar, dan tidak ingin terlibat dalam proses demokrasi. Padahal, sesungguhnya politik adalah sarana mengatur kehidupan bersama. Kebijakan pendidikan, harga bahan kebutuhan pokok, layanan kesehatan, hingga transportasi publik merupakan hasil proses politik.

Masa depan demokrasi Indonesia sangat ditentukan oleh kualitas keberpihakan dan rasionalitas generasi muda dalam memahami politik. Tanpa pemahaman politik yang sehat, pelajar tumbuh menjadi warga negara yang pasif dan mudah dipengaruhi informasi yang salah. Sebaliknya, dengan pendidikan politik yang baik, mereka dapat mengembangkan daya kritis, partisipasi aktif, dan sikap etis dalam melihat persoalan publik. Inilah modal dasar bagi demokrasi yang dewasa.

Media Sosial sebagai Ruang Politik

            Generasi sekarang atau lebih sering disebut dengan Gen Z dan juga Gen Alfa hidup dalam dunia yang tidak dapat terpisahkan dari sosial media dan internet. Mereka berkomunikasi, belajar, dan dari sanalah terbentuk pandangan politik. Media sosial mampu memberikan pandangan politik secara visual yang lebih merujuk kepada hiburan. Namun, melalui media sosial juga banyak misinformasi, disinformasi, propaganda, framing tentang politik.

Pelajar sering kali mempersepaikan politik sebagai sesuatu yang kotor atau kunflik, karena sering kali melihat gambaran melalui potongan video dalam sosial media yang berisi perdebatan panas, konten-konten satir, dan berita-berita tentang korupsi bahkan hingga skandal para elite politik. Dan, semua hal itu mereka terima tanpa informasi penyeimbang.

Masalah utama kita adalah, kita tidak membekali generasi muda kita dengan kemampuan membaca informasi secara kritis, sehingga mereka memahami hanya dengan apa yang mereka lihat tanpa mendalami dulu informasinya. Pemahaman mereka bukan berdasarkan buku, diskusi, atau pembelajaran langsung dari pendidik, tapi hanya pandangan-pandangan dari potongan-potongan video singkat yang sama sekali tidak memiliki esensi mendalam. Pendidikan politik bukan hanya kebutuhan mendesak untuk membuat para Gen Z dan Gen Alfa ini menentukan pilihan politik mereka, namun agar mereka mampu menilai informasi dan tidak terseret arus opini tanpa dasar.

Minimnya Ruang Diskusi pelajar

Sering kali sekolah menghindari diskusi dan pembahasan terhadap politik karena di anggap sensitive atau berpotensi memicu konflik. Akubatnya, pelajar tidak terbiasa berdiskusi secara sehat. Sedangkan faktanya ruang aman untuk berdiskusi adalah sebuah kunci untuk pendidikan demokrasi pelajar.

Pelajar perlu menyadari bahwa sebenarnya setiap hari mereka bersentuhan dengan hasil keputusan politik. Contohnya, terkait biaya pendidikan dan transportasi publik yang setiap hari mereka gunakan yang merupakan produk keputusan politik. Bukan hanya perdebatan panas atau persoalan korupsi yang sering mereka lihat di sosial media.

Ruang diskusi untuk pelajar diperlukan agar mereka dapat mengemukakan pendapat, menghormati perbedaan, mendengarkan argumen, berunding hingga mencapai suatu kesepakatan. Hal ini sebenarnya tanpa mereka sadari sudah dilaksanakan dalam lingkup kecil misalnya rapat kelas. Namun, mereka tidak menyadari bahwa ruang-ruang ini pun merupakan salah satu bentuk pendidikan politik.

Pentingnya Pendidikan Politik Bagi Pelajar

Untuk pemilu dan pemilihan di masa mendatang pelajar saat ini adalah pemilih potensial yang jumlahnya akan mencapai lebih dari 50%. Dengan jumlah yang banyak ini tanpa pendidikan politik yang baik mereka akan dengan mudah dipengaruhi oleh politik uang, hoaks, politik identitas, hingga janji-janji populis tanpa data.

Hal ini tercermin pada pemilu 2024 dimana pemilih muda memiliki pengaruh yang besar dengan jumlahnya yang lebih dari 52%. Kita bisa bayangkan jika sebagian besar pemilih ini tidak memiliki literasi politik yang baik, maka demokrasi di Indonesia akan menjadi sangat rentan. Pendidikan politik pada pelajar dapat menjadi bekal mereka untuk menilai rekam jejak calon, memahami visi dan program kerja, menimbang isu politik, serta secara rasional dapat menentukan pilihan bukan berdasarkan emosi.

Demokratis perlu di tanamkan bukan hanya sebagai sistem tapi karakter. Membentuk karakter demokratis perlu dilakukan melalui pendidikan politik dengan menanamkan nilai-nilai toleransi, empati, kemampuan berdialog, kemauan mendengar pendapat, penghargaan terhadap hokum, dan kebiasaan berdiskusi untuk menentukan suatu kesepakatan. Dengan terbentuknya karakter demokratis pemilihan pemimpin melalui pemilu bukan menjadi ritual lima tahunan, tapi demokrasi adalah budaya untuk menjadi cara hidup bersama.

Salah satu yang menjadi ancaman bagi pelajar masa kini adalah polarisasi politik. Polarisasi politik merupakan ancaman serius bagi demokrasi modern khususnya bagi para pelajar yang lebih sering mengakses media sosial. Media sosial sering kali memperkuat polarisasi ini karena pembacaan algoritma yang hanya akan menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna. Dengan pendidikan politik membantu pelajar untuk memahami  tentang perbedaan pendapat itu bukan berarti permusuhan, lawan politik bukan musuh abadi, dalam demokrasi ada permusyawarahan, dan dalam perbedaan bukan hanya soal bernar atau salah. Dengan pendidikan politik akan terbentuk sebuah budaya yang akan menghindarkan pelajar kita dari tindakan-tindakan radikal dan intoleransi.

Tantangan Besar dalam Pendidikan Politik

Pendidikan politik dalam kurikulum pembelajaran sebenarnya sudah ada. Dalam matapelajaran PPKn sebenarnya sudah ada materi terkait dengan demokrasi, pemilu, dan juga persoalan konstritusi. Namun, pembelajaran ini hanya bersifat hafalan dari sebuah teori dan kurang relevan dengan kehidupan nyata yang dijalani oleh pelajar. Belum lagi apa jang dijelaskan dalam pelajaran dalam kelas berbanding terbalik dengan apa yang sering mereka saksikan dalam tayangan-tayangan di media sosial. Sehingga pelajar hanya menganggap bahwa apa yang mereka pelajari adalah materi-materi yang ketinggalan zaman dan membosankan.

Banyak pengajar yang menghindari pembahasan-pembahasan isu politik karena dianggap berpotensi memecah belah, sehingga tidak ada diskusi lebih mendalan untuk menelaah isu itu lebih jauh lagi. Dengan tidak adanya diskusi ataupun menelaah isu lebih dalam maka pelajar tidak terlatih untuk lebih kritis dalam mengelola informasi.

Peran pengajar dalam mengelola informasi untuk mendorong pelajar menjadi lebih kritis juga harus di dorong dengan modul pembelajaran politik yang menarik, lebih mendalami terkait isu politik, dan lebih sering berdiskusi dengan muridnya untuk mengetahui cara pandang dari para pelajar.

Keterlibatan lembaga demokrasi juga di butuhkan dalam pendidikan politik bagi pelajar. Kehadiran penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu dalam kegiatan sekolah untuk memberikan pemahaman politik bagi pelajar. Bahkan, kehadiran Anggota DPRD dan Partai politik pun diperlukan dalam memberikan pendidikan politik untuk para pelajar.

Pendidikan Politik sebagai Pilar Demokrasi Berkelanjutan

Pendidikan politik bagi pelajar merupakan sebuah kebutuhan fundamental untuk demokrasi Indonesia kedepannya. Karena, tanpa pelajar yang berpikir kritis, tidak mudah terprovokasi, menghargai perbedaan, dan secara aktif berpartisipasi, maka kualitas demokrasi di Indonesia akan tetap berjalan seperti ini atau bahkan dapat menurun. Pelajar adalah wajah masa depan Indonesia. Pendidikan politik merupakan upaya untuk menciptakan generasi yang sehat dalam berdemokrasi dan beradab dalam politik. Menciptakan generasi yang sadar akan perannya, paham atas hak dan kewajibannya sebagai warga negara, serta mampu menilai secara rasional adalah pondasi kita menuju masa depan Indonesia.

Tanpa pendidikan politik demokrasi Indonesia mudah rapuh, pendidikan politik untuk pelajar merupakan investasi jangka panjang yang tidak bisa hanya dilakukan di satu ruang dan oleh salah satu pihak. Kita harus juga membuka ruang pendidikan politik dalam keluarga, sekolah dan juga masyarakat. Pendidikan politik yang sehat akan membangun pondasi masyarakat yang lebih kuat. Politik bukan sesuatu yang perlu di takuti namun merupakan hal yang harus dipahami. Masa depan Indonesia di tangan para pelajar dan juga generasi muda, bekal pendidikan politik yang matang adalah kunci masa mendatang.

 

 

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 59 Kali.